Tahapan Pelakasanaan Produksi

misntv official

Tahapan Pelakasanaan Produksi

Suatu produksi audio video yang melibatkan banyak orang, biaya yang besar dan
banyak peralatan maka perlu pengorganisasian yang rapi dan perlu suatu tahapan
produksi yang jelas. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian yang lazim di industri
televisi dikenal dengan istilah standard operation procedure (SOP), seperti berikut
a. Pra Produksi (ide, perencanaan dan persiapan)
b. Produksi (Pelaksanaan)
c. Paska produksi (penyelesaiaan dan penayangan)

a. Pra Produksi
Tahap ini sangat penting, sebab pekerjaan jika dilakukan secara terperinci
maka sebagian pekerjaan dr produksi sudah beres.
Tahapa pra produksi meliputi tiga bagian:
1 Penemuan ide
Tahap ini ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan , membuat
riset dan menuliskan naskah agar gagasan semakin berkembang.
2. Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja(time schedule),
penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew.
3. Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan dan surat menyurat.
Latihan para talent dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi
peralatan yang diperlukan.
Kunci keberhasilan produksi program audio video sangat ditentukan oleh
keberhasilan pada tahap perencanaan dan persiapan ini.
b. Produksi
Setelah perencanaan dan persiapan selesai, maka pelaksanaan produksi
dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba
mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting
script) menjadi gambar, susunan gambar yg dapat bercerita.
Semua shot yang dibuat dicatat mulai dari saat pengambilan , isi shot dan
time code pd akhir pengambilan gambar. Catatan kode waktu ini sangat
berguna dalm proses editing.
c. Paska Produksi/Editing
Pengertian- pengertian:
- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah
cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994)


- Usaha menciptakan kontinuitas gambar yang baik, wajar dan logis sehingga
dapat dinikmati oleh penonton. (Darwanto SS: Produksi Acara Televisi, DW
Press, pp 127-128)
- Manajemen terhadap gambar bergerak, image, title, dll yang bersumber dari
kamera, vtr, char gen, dll. (alan wurtzel: Televisin Production, 1994)
- Menggabungkan beberapa hasil pengambilan gambar dan suara dengan urutan
– urutan yang benar sesuai dengan naskah / script, dan juga menurut panjang
dan irama tertentu yang tepat dengan keadaan cerita atau irama musik
Tujuan Editing
[Combining, Trimming, Building]
1. Menciptakan kesinambungan gambar & suara agar berjalan dengan wajar dan
logis.
2. Menciptakan dinamika gambar melalui susunan gambar dan suara sehingga
tidak timbul suatu kebosanan.
3. Merangkai penggugah emosi penonton.
Managemen terhadap durasi. Editing dilakukan utk berbagai alasan, maka
kemudian dikenal dengan 3 fungsi dasar editing menurut herbert zettl antara lain
combine, trim, dan build

a. Menggabungkan (combine)
Pada dasarnya, editing memeng persoalan tentang menggabungkan atau
menyatukan shot-shot, sehingga tercapai perpaduan beberapa shot agar
terbentuk kesatuan yang selaras dari bahan yang diambil. Proses
penggabungan untuk memperoleh kontinuitas gambar ini merupakan suatu
kreativitas seni tersendiri, dalam hal ini faktor pengalaman , dasar acuan, isi
pesan yg disampaikan akan mempengaruhi nilai kreativitas pd proses
penggabungan gambar.

b. Memengkas (trim)
Trimming atau memangkas merupakan salah satu pekerjaan editor dlm
memotong bahan yg ada untuk membuat video tape akhir sesuai dengan
penempatan wktu yg tersedia atau menghapus bahan-bahan yg tidak ada
hubungannya. Seperti halnya yg dilakukan editor berita dimana harus
membuat cerita lengkap dalam waktu yg singkat dan memangkas bahan yg
ada sampai keminimalannya, misalnya produser memberi wktu 20 detik utk

membuat cerita tentang tabrakan kereta, meskipun bahan berita yg
diberikannya panjangnya 10 menit gambar yg bagus, akan tetapi tetap saja
hrs memotong atau memangkas beberapa shot yg tidak diperlukan. Kata trim
juga digunakan oleh editor pd editing control dlm membuat penambahan atau
mengurangi dr edit point yg dibuat.

c. Membangun (build)
Membangun suatu cerita merupakan hal yg plg sulit. Seorang editor hrs
membangun sebuah cerita dr shot-shot yg baik. Dalam membangun sebuah
cerita , editor tidak boleh asal memilih beberapa shot serta
menggabungkannya dalam sekuen, tetapi hrs mengambil beberapa shot dan
transisi yg efektif utk membangun atau membuat cerita menjadi cerita utuh.

SHOT – KALIMAT DALAM BAHASA TELEVISI

Shot adalah bagian dari adegan. Seperti halnya kata-kata yang diajarkan, diurutkan
satu sesudah yang lain, belum tentu membentuk satu kalimat, begitu juga sambungan
gambar-gambar menjadi satu rangkaian tertentu belum dengan sendirinya berkata
sesuatu. Bila hubungan gambar yang satu dengan yang lain itu memang dimaksudkan
untuk menceritakan sesuatu haruslah ada unsur-unsur yang menunjukkannya. Unsurunsur
itu dapat dicari dalam komposisi gambar-gambar itu sendiri, misalnya: obyek
yang bergerak dalam frame, dalam dialog yang diteruskan, atau dalam hubungan
penonton dengan obyek-obyek dalam ceritera itu sebagai akibat dari letak kamera atau
lensa khusus yang dipergunakan. Segala cara untuk menghubungkan gambar-gambar
dalam satuan tertentu (editing) sehingga bisa menyampaikan arti tertentu kepada
penonton biasanya dipakai secara bergantian dan dicampur-campur. Karena susunan
gambar-gambar menjadi satu shot diatur menurut aturan tertentu itu, penonton yang
melihatnya akan bisa mengartikannya. Penonton akan mampu “membaca” dan
menafsirkan apa yang mau diungkapkan oleh “kalimat” tertentu itu.


SCENE (ADEGAN) – ALINEA DALAM BAHASA TELEVISI

Untuk menjadi sebuah alinea, kalimat-kalimat harus disusun menurut aturan logis
tertentu yang akan menghasilkan pula suatu gaya tersendiri: gaya cerita, renungan,
memikir atau sekedar asosiasi belaka. Gaya ceritera dipakai bila orang mau
menyampaikan fakta atau data menurut apa adanya. Gaya renungan dipakai bila mau
melihat suatu fakta atau data secara lebih mendalam. Gaya memikir bila orang mau
mencari sebab akibat dari satu peristiwa, untuk akhirnya bisa menarik suatu
kesimpulan. Gaya asosiasi bila beberapa fakta atau data sekedar disampaikan saja,
terserah kepada orang yang menonton untuk menghubung-hubungkannya. Dalam film
ceritera, kita bisa memakai semua gaya itu secara lebih efektif. Gaya asosiasi misalnya
dipakai dalam ceritera, hasilnya lebih meyakinkan daripada novel. Adegan dalam


sebuah lamunan atau impian dipertunjukkan dengan gaya asosiasi, dimana shot yang
satu dihubungkan begitu saja dengan shot yang lain, akan lekas ditangkap oleh
penonton. Seperti orang melamun atau mimpi tidak selalu mengikuti garis ceritera yang
lurus, lamunan atau impian bisa dilukiskan dengan shot-shot yang tidak teratur.
Untuk membuat suatu scene, shot-shot dihubungkan satu dengan yang lain. Sebuah
scene yang klasik disusun mulai dengan sebuah long shot, dilanjutkan dengan sebuah
close up dan diakhiri dengan sebuah long shot lagi atau cut away. Tetapi kebiasaan ini
sekarang sudah tidak lagi ditaati secara ketat. Yang tetap dipertahankan orang dalam
membuat scene, bukan lagi shot-shotnya, tetapi arti scene itu sendiri. Ada yang perlu
dalam sebuah scene adalah sebuah adegan atau action yang dipandang dari beberapa
sudut kamera. Misalnya sebuah scene mengenai perkelahian, maka kita akan melihat
perkelahian itu dari sudut kiri dan sudut kanan, dari lawan yang satu ke lawan yang lain.

SEQUENCE (BABAK) – BAB DALAM BAHASA TELEVISI

Kalau scene-scene itu disusun menjadi satu kesatuan, kita akan mendapatkan sebuah
sequence. Dalam suatu sequence kita memperoleh mood atau suatu kejadian utuh.
Misalnya sebuah sequence tentang pengejaran seorang penjahat. Kita lihat dalam
sequence itu, seorang penjahat yang lari melalui jalan raya, terminal bis, jembatan,
sungai, hutan dan di belakangnya ada banyak polisi yang mengejarnya beserta anjinganjing
pelacak sampai pengejaran itu berakhir entah penjahat itu tertangkap entah
tidak. Bila penjahat itu tertangkap, sequence berikutnya mungkin sequence di
pengadilan: kalau tidak tertangkap, sequence berikutnya penjahat itu bertemu dengan
teman-temannya. Sebuah sequence biasanya terdiri dari scene-scene pendahuluan,
tengah dan akhir yang kemudian disambung oleh sequence lain dengan struktur yang
sama. Berdasarkan kepandaian mempergunakan jenis-jenis hubungan (transisi) shotshot
menjadi scene, dari scene-scene menjadi sequence itu, suatu ceritera film akan
menunjukkan gaya tersendiri. Dengan gaya yang khusus itu kita mengenal film-film
romantis, dramatis, komedis atau tragis. Untuk bisa menangkap arti dan maksud
gambar-gambar televisi yang dipertunjukkan, kita harus mengerti dan menguasai caracara
televisi mengungkapkan maksud dan artinya. Kita harus bisa “membaca” bahasa
televisi dan segala idiom-idiomnya. Untuk ini perlu latihan. Mempelajari bahasa televisi
kiranya lebih mudah daripada bahasa asing, sebab bahasa televisi jauh lebih jelas dan
lebih konkrit. Cara-cara pengambilan gambar-gambar, penyusunan gambar-gambar
(shot-shot) menjadi scene, penyusunan scene-scene menjadi sequence, penyusunan
sequence-sequence menjadi satu cerita yang utuh, kebanyakan telah menjadi aturan
yang baku dan merupakan konvensi. Hal ini kiranya tak mungkin dihindari.
Bagaimanapun juga setiap orang yang ingin berkomunikasi menggunakan audio visual,
akan terikat oleh alat-alat atau sarana-sarana produksi yang ada dan akan terbatasi

oleh kemampuan kamera, sound, lighting, setting, dan sebagainya yang meskipun
mempunyai banyak variasi serta kemungkinan eksplorasi, namun tetap terbatas.
Editing Sistem

• Linear dan non linear:
• Linear: Peruntutan Materi sistem linear disusun secara seri dimana kita harus
memikirkan shot 1 dan 2 sebelum menuju shot 3.
· Linear: Proses pasca produksi yang masih menggunakan banyak peralatan
editing profesional, player, recorder, monitor, ECU ( editing control unit)

Sedangkan pada sistem non linear memunkinkan kita memasukkan informasi gambar
secara acak dengan bantuan komputer , namun akan mendapatkan materi yg telah
tersusun secara seri.

Jenis-jenis editing

Kontiniti, kompilasi, Kontiniti dan kompilasi
Editing kontiniti menuturkan cerita berdasar pada scene yg berurutan . Mengutamakan
kesinambungan gerakan , posisi, arah pandang dan antisipasi jump cut. Dikenal pula
istilah cut away, dimana shot kedua merupakan akibat dari shot pertama.


Editing Kontiniti dan Kompilasi: Menuturkan cerita bergantung narasi, akan tetapi tetap
mengutamakan kesinambungan gerakan , posisi, dan arah pandang.